Arisan syahwat - 7

0 comments

Temukan kami di Facebook
Belum usai muncrat Pak Hermawan mencabut kontolnya. Kedutan-kedutan besar masih terus dengan menyemprotkan air maninya ke perutku, pahaku, jembutku, dadaku. Dia ingin aku kembali menjilati kontolnya agar bersih dari lengket sperma di batangnya. Namun aku telanjur kelelahan yang amat sangat.

Akhirnya aku benar-benar lunglai karena lelahku. Aku tak lagi berpikir macam-macam. Rasa kantuk yang hebat karena kelelahan melanda diriku. Dalam keadaan bugil aku terlena..

Entah berapa lama tertidur. Aku terbangun saat kurasakan lidah Pak Hermawan mengecupi perutku dan menjilati spermanya sendiri yang tercecer. Aku malas untuk membuka mata. Kubiarkan dia terus menjilat dan aku menikmati lata lidahnya pada perutku yang kemudian turun, turun, turun.. teruss turun..

Pak Hermawan membersihkan seluruh cairan kentalnya yang tercecer di 'jembut'ku. Lidahnya juga semakin menjalar menepi ke bibir vaginaku. Mungkin dia igin menyedot kembali semua yang dia tumpahkan tadi. Namun.. Tiba-tiba aku merasakan hal yang agak ganjil.

Bukankah Pak Hermawan tak berkumis dan jambang? Kenapa aku merasakan bibir yang merangseki vaginaku kini membawa penuh bulu atau kumis. Ah, akhirnya aku membuka mataku dan kulihat seseorang yang.. Acchh.. Ternyata dia adalah Mas Barus. Bagaimana dia ada disini? Dan telah berbugil pula? Dimana Pak Hermawan sekarang?

Berapa lama aku tertidur sehingga tidak menyadari apa yang telah terjadi? Rupanya saat aku terlena tadi Mas Barus datang dan Pak Hermawan berkesempatan untuk pergi. Mungkinkah semua ini memang telah dirancang Mas Purnawan dan kawan-kawannya termasuk sopir taksi itu. Rupa-rupanya aku dijadikan arisan syahwat mereka? Aku digilir untuk menyuguhkan kepuasan syahwat Mas Purnawan dan teman-temannya.

"Aahh.. Mas Barruuss.. kok.. kenapa.. aahh.. bbll.. mmeemmhh..." aku tak selesaikan bicaraku karena bibir Mas Barus yang memang penuh kumis dan janggut langsung melahap bibirku. Seperti ular kobra dia melumpuhkan aku dengan pagutannya

Saat tangan-tangannya yang juga disesaki dengan bulu-bulu tubuhnya meremas dan memilin-milin buah dada dan pentilku aku tak hendak bertanya lagi. Rangsangan yang kuterima akibat gesekkan tubuhnya yang penuh bulu pula birahiku langsung kembali melanda syahwatku.

Sesungguhnya aku tak begitu peduli. Yang penting hakku bisa kudapatkan. Setidaknya Rp. 4 juta aku harus bawa pulang hari ini. Aku tetap percaya pada sopir taksi dan Mas Purnawan bahwa mereka tidak akan mentelantarkan aku. Tangan Mas Barus turun menelusuri perutku dan terus turun. Jari-jarinya menyapu sambil meremas rambut kemaluanku. Aku mendesah.. Kenikmatan syahwatiku sungguh melemparkan aku ke langit birahi tanpa batas.

Ciuman Mas Barus membuat aku melayang dalam alun nikmat. Terus terang aku belum pernah merasakan ciuman bibir berkumis dan bercambang seperti Mas Barus ini. Sejak aku mengenal lelaki sebagai pacar hingga suamiku Mas Pardi tak satupun yang memelihara kumis dan cambang. Kini aku baru tahu betapa gelitik kumis dan cambang pada bibir dan wajahku sangat merangsang hasrat syahwatku. Aku terlena. Tak lagi kurasakan lelahnya melayani Pak Hermawan. Aku terus mendesah, terkadang merintih, merasakan nikmatnya dalam pelukan Mas Barus. Aku berharap Mas Barus lebih cepat mendaki puncak syahwatnya..

"Tatii.. Kamu sangat seksii banget siihh.. Sejak tadi aku sudah tergetar oleh kecantikanmu. Aku mau jadi budakmu Tatii.. Aku telah bersihkan kamu dari sisa cairan lengket Pak Hermawan. Sangat nikmat menjilati cairan lengket itu dari memekmu Tatii.. Nggak apa-apa khan??" Mas Barus meracau seakan minta dikasihani, disayangi dan bermanja padaku.

Aku hanya mengangguk-angguk untuk menyenangkan kegundahan syahwatnya. Menjilati sperma lelaki lain yang meleleh dari memekku. Aku rasa pria ganteng ini punya kelainan seks. Akhirnya jari-jari tangannya menari di bibir vaginaku. Aku menggigit bibirku menahan kenikmatan yang melandaku. Kupeluk lebih erat punggung Mas Barus. Namun dia bergerak melepas.

Ciumannya turun melata menuruni lembah dadaku, bukit payu dara dan ketiakku. Dia melumati habis dengan meninggalkan cupang-cupang di leher, dada dan ketiakku. Aku menggelinjang hebat saat bibir berkumis itu menggesek-gesek dan menyedoti ketiakku. Adduhh.. Sungguh aku tak mampu menahan gelinjang syahwatku.

"Mass.. Bb.. Baruzz.. A.. Aampuunn.."

Dengan tangan-tangannya yang kekar dia membentangkan pahaku. Wajahnya terus merangsek ke bawah dan ciumannya mendarat di selangkanganku. Lidah dan bibirnya kembali melumati selangkanganku seperti saat aku tertidur tadi. Kudengar suara kecup bibirnya beruntun dan sangat histeris menyergapi pori-pori selangkangan dan pahaku. Kemudian kembali tangannya meraih pahaku dan mengangkatnya hingga terlipat menyentuh dadaku. Ini membuat posisi vagina dan pantatku tengadah.

Dengan mudahnya Mas Barus mengecup-kecup lubang vaginaku dan sesekali lidahnya menyapu anusku pula. Hal ini benar-benar menjadi sensasi seksualku. Siapapun belum pernah menjilati lubang duburku. Rambahan lidah Mas Barus yang mengila pada lubang ini membuat aku seperti cacing kepanansan. Meliuk-liuk dan merentak-rentakkan pinggulku menahan kegelian birahi yang amat sangat.

"Gilaa.. Mas Baruuzz.. Apa yang kamu lakukan padakuu.."

Akhirnya kakiku menendang tubuhnya dan menahan jilatannya.

"Adduuhh.. Ampuunn..."
"Maazz.. Tati nggak tahann.. Nikmat bangett seehh..." aku meracau kegelian sembari tanganku meremasi daging bahunya. Namun dia menekan kakiku lagi agar terlipat hingga menyentuh dadaku kembali seperti sebelumnya. Dan Mas Barus dengan penuh asyiknya kembali mengecupi bibir vaginaku dan menjilat-jilat anusku.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan seseorang masuk. Kulihat Mas Purnawan telah berbugil dengan kemaluannya yang ngaceng mengkilat tegak seperti tonggak yang nancep di selangkangannya. Eeddaann.. Adakah mereka mau beramai-ramai menyantap aku??

Tanpa banyak omong Mas Purnawan mendekat ke ranjang dan menyorongkan kontolnya ke wajahku,

"Isep.. Isepp Tattii.."

Dia sorongkan kepala kemaluannya yang sangat berkilatan hingga menyentuh bibirku. Aku yang saat itu dilanda rangsangan birahi karena jilatan Mas Barus pada anusku memang memerlukan kompensasi sebagai penawar kehausan birahiku. Tanpa disuruh lagi aku langsung menganga dan menerima kontol Mas Purnawan. Aku mengulum dan mengisepinya seperti bayi yang diseseli dot ke mulutnya. Pinggul dan pantat Mas Purnawan langsung bergoyang maju mundur mendorong kemaluannya ngentot mulutku.

Kemudian yang kulihat adalah reaksi Mas Barus. Nampak matanya melotot menyaksikan mulutku yang penuh. Adeganku bersama Mas Purnawan membakar gairahnya. Tanpa ayal lagi dia langsung bangkit dan memasukkan kontolnya untuk menembusi memekku. Dia juga langsung mengenjot-enjot memompa vaginaku. Uuhh.. Benar-benar sensasional. Dua pria ganteng secara bersama ngentot dua lubangku. Benar-benar tak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa ini berlangsung untukku. Aku sama sekali tak berpikir tentang Mas Pardi suamiku. Entah sedang apa dan dimana dia kini?

Yang kemudian aku kaget adalah kelakuan Mas Barus. Dengan tanpa mengendorkan genjotan kemaluannya pada memekku dia terus merangsek menindih tubuhku sambil berusaha menggapai bibirku yang sedang mengulum kontol Mas Purnawan. Nampak mulutnya juga ingin menelan kontol Mas Purnawan. Ah.. Memang dia sakit nih. Atau jangan-jangan kedua orang ini memang biasa bercinta sejenisnya. Karena yang kemudian kulihat adalah tangan Mas Pur yang cepat menjambak rambut Mas Barus dan menariknya agar bersama aku mencium atau menjilati kontolnya. Dan aku sendiri... ternyata langsung terbakar menyaksikan apa yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

Memang aku sering mendengar adanya cinta sejenis sesama pria. Namun aku pikir itu mustahil kusaksikan. Dan kini aku menghadapi langsung kenyataan itu. Sambil mengerang ke-enakan Mas Barus merem melek menjilati batangan Mas Pur yang kepalanya keluar masuk mengentot mulutku.

Dan akhirnya aku kembali merasakan ejakulasi Mas Purnawan di mulutku. Air maninya muncrat berceceran di mulut dan wajahku. Aku hampir tersedak oleh derasnya cairan kental dan hangat itu saat nyemprot di gerbang tenggorokanku.

Dan Mas Barus sepertinya sedang pesta. Dia berusaha menangkap sebanyak mungkin sperma yang muncrat ke mulut dan wajahku. Dia jilati ceceran di pipi, dagu dan dekat mataku. Kemudian dia memagut mulutku. Dia sedoti air mani Mas Purnawan yang masih di mulutku dengan ganasnya. Aahh.. Begini rupanya orang kegilaan cinta sejenis.

Hari ini aku benar-benar sangat lelah dan kehabisan tenaga. Aku lunglai namun ingat bahwa kini waktunya untuk mengakhiri segalanya. Aku berusaha untuk bangun dari ranjang. Kusaksikan Mas Barus masih menjilati kemaluan Mas Purnawan.

Aku mandi air hangat di bath-up yang mewah Grand Hayyat ini hingga badanku terasa kembali segar. Kulihat waktu sudak menunjukkan jam 10 malam. Aku berbenah dan mengenakan pakaianku kembali. Mas Pur bilang agar aku membawa pakaian yang diberikannya. Woo.. Pasti aku kegirangan. Kulihat sepintas tadi merknya yang Giorgino Armani. Semua orang tahu merk itu bernilai jutaan rupiah.

Sambil menyodorkan amplop yang tebal berisi uang, Mas Purnawan menyampaikan kepuasannya akan keberadaanku bersamanya. Dia berharap bisa ketemu lagi dalam waktu dekat. Beberapa temannya ingin pesta bersama dan aku dimintanya menjadi 'host' yang bisa menemani mereka. Dia juga sedikit ceritakan bahwa Pak Hermawan tadi adalah pejabat tinggi yang sering memberikan bisnis padanya. Dia menceritakan bahwa sangat puas dengan pelayananku.

Saat di atas taksi pulang kubuka isi amplop itu. Kudapatkan Rp. 5 juta dalam ratusan ribu rupiah. Kudekapkan ke dadaku. Aku belum pernah memegang uang sebesar itu 'cash' seketika. Mungkin benar racau Pak Hermawan tadi, bahwa aku hanyalah 'pelacur jalanan'. Aacchh..

TAMAT




Komentar

0 Komentar untuk "Arisan syahwat - 7"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald