At party - 1

0 comments

Temukan kami di Facebook
Beberapa minggu setelah ceritaku "Della Yang (Ternyata) Liar", teleponku di kantor berdering, operator memberitahu bahwa ada seorang wanita bernama Vivi ingin bicara denganku. Lantas aku minta disambungkan.

"Vir, Dino akan merayakan ulang tahun di villanya di Puncak hari Jumat lusa, loe dan Della musti dateng" kata Vivi meneleponku siang itu.
"Siapa aja yang diundang, banyak nggak, loe tunggu ya jangan diputus, gua telepon Della, kita ngomong bertiga" tanyaku. Aku hold Vivi dan kusambung Della dan kutekan tombol "conf" di pesawat telepon kantorku.
"Del, Dino ultah di villanya di puncak Jumat lusa, lu mau dateng nggak" kataku pada Della.
"Del, lu musti dateng, biar rame" kata Vivi menyela.
"Emangnya lu pikir gua srimulat, berani bayar gua berapa biar rame? Ehh.. Banyak cowoknya nggak?"
"Lu kan dateng sama Virano, masih mau cari cowok lagi, yang dateng paling banyak 20, cowoknya mungkin imbang, ceweknya yang lu kenal cuma gua doang" kata Vivi, aku hanya mendengarkan.
"Cari yang baru boleh dong.., Ya Vir.., berangkat jam berapa" Jawab Della menunjukkan bahwa sudah confirm.
"Gua nggak tahu villanya Dino" ujarku memancing.
"Gua mau ikut kalian, soalnya Dino berangkat pagi, beres-beres, gua baru landing jam 12, gimana kalau berangkat jam 5 sore?" tanya Vivi yang seorang pramugari.
"Kalau gitu ngumpul di apartemen gua aja, gua udah di sana jam 2" kataku.
"Ok deh, sampai Jumat ya" kata Della.
"Aparteman lu dimana?" tanya Vivi.

Jumat jam 2 aku sudah nongkrong di S (istilah apartemenku), sempat aku istirahat tidur-tiduran. Tiba tiba jam 2:30 bel berbunyi, lalu aku tekan tombol intercom dengan lobby, di layar terlihat Vivi sedang membawa travel bag. Aku tekan tombol open dan meminta Vivi naik ke lantai 17, kubuka pintu dan menunggu di depan lift. Tak lama Vivi keluar dari lift. Kubawa tasnya sambil kupersilakan Vivi masuk ke dalam. Masih dengan seragam pramugarinya, Vivi terlihat cantik dan anggun.

"Della belum datang? Mana dia?" tanya Vivi.
"Belum, lu telepon aja dia ke rumahnya" jawabku.

Kemudian Vivi menghubungi Della dan aku menyalakan komputerku untuk memeriksa pekerjaanku, sesaat kemudian..

"Della baru bisa berangkat jam setengah lima, katanya gua latihan aja dulu sama lu" kata Vivi sambil tertawa setelah menutup telepon dengan Della.
"Latihan apa? Wah.. Baru sampai sini jam enam dong, jalan kan macet jam segitu. Kalau gitu lu santai aja deh, gua periksa ini sebentar" jawabku sambil meneruskan pekerjaanku dengan komputer.

Setengah jam kemudian..

"Vir, di bawah ada gym kan, mau ke sana nggak, cari keringat sambil tunggu Della" kata Vivi.
"Boleh, bawa baju renang nggak, berenang aja sekalian" jawabku.

Vivi, 28, 168/55/36C, memperlihatkan bentuk body yang sempurna, maklum sebagai seorang pramugari, Vivi harus menjaga penampilannya sebaik mungkin. Vivi masuk kamarku untuk berganti pakaian, lalu giliran aku. Kukenakan celana pendek stretch ketat tipis mirip yang biasa dipakai oleh pesenam, sehingga memperlihatkan tonjolan penisku dan kaus lengan buntung, lalu kukenakan celana pendek dan kemeja santai. Kubawa pula celana renang miniku.

Setiba di gym ada sekitar 4 pria dan 2 wanita sedang berolahraga pula. Kulepaskan kemeja dan celana pendekku dan mulai dengan tread mill bersebelahan dengan Vivi yang telah melepaskan jacket dan celana panjangnya. Dengan atasan tipis ketat tanpa lengan hanya sebatas dada dan belahan paha, celana senamnya naik ke atas pinggul model bikini, Vivi kelihatan sangat merangsang membuat darah di sekitar selangkanganku berdesir dan sedikit memasuki jaringan otot penisku yang mengakibatkan tonjolan penisku agak membesar. Vivi melirik ke arah penisku seakan ingin mengetahui sampai di mana 'tingkat keberhasilannya'.

Saat treadmill sampai pada kecepatan cukup untuk lari di tempat, kulirik ke sebelahku. Vivi sedang berlari juga, terlihat buah dadanya berguncang naik turun mengikuti langkah larinya, penisku makin terisi, semakin terlihat menonjol, Vivi beberapa kali melirik penisku, kulirik kembali buah dadanya, sekarang terlihat tonjolan puting Vivi yang mengeras kaku tertekan pakaian senam yang ketat.

"Jadi siapa yang terangsang oleh siapa ya?" kataku pelan.
"tahu ah, gelap" kata Vivi sambil memperlambat tread millnya lalu berhenti.

Kami meneruskan dengan latihan untuk membentuk otot-otot tubuh, ada sekitar 1 jam total kami di sana sambil mengobrol kesana kemari. Tempat itu telah sepi, lalu aku ajak Vivi untuk sauna. Sebenarnya sauna untuk wanita dan lelaki terpisah, tapi karena tidak ada orang, aku ajak Vivi untuk sauna bersama-sama. Kuambil 2 handuk dan masuk ke dalam. Kulepaskan seluruh pakaian sampai telanjang bulat, lalu duduk di bangku dan handuk kuletakkan di paha. Melihatku begitu, Vivi juga melepaskan seluruh pakaiannya dan duduk menyamping di sebelahku dengan handuk di paha sehingga buah dadanya yang berukuran 36C terlihat dengan jelas, apalagi setelah 12 menit, saat keringat mengucur membasahi tubuhnya sehingga terlihat semakin sexy. Tiba tiba Vivi menarik handukku.

"Curang, lu bisa liat dada gua, gua nggak bisa liat lu punya.. Kok kontol lu belum ngaceng sih?" kata Vivi sambil melihat ke bawah.
"Emang lu pikir gua ABG, liat cewe bugil jadi ngaceng, kalo gua ngaceng juga nggak bakal full" jawabku santai.
"Kalo mau liat kontol gua ngaceng, musti ada aktifitas, jangan bengong aja" lanjutku.

Vivi turun mendatangiku, tangannya meraih penisku dan mulai meremas dan mengelus ujung kepalanya, rasanya ngilu. Kepalanya mulai ditundukkan dan menyambar penisku masuk ke mulutnya. Seketika penisku mengeras dan membesar sempurna. Vivi agak terkejut dan membuka mulutnya selebar mungkin agar penisku dapat tetap berada di dalam mulutnya. Aku tarik penisku, dan aku bawa Vivi menghadap dinding dengan tangan memegang bangku sauna tersebut. Vivi mengerti mauku.

Langsung aku masukkan penisku ke dalam vagina Vivi, lancar tanpa halangan berarti karena baik penisku maupun vagina Vivi sudah kebanjiran keringat. Kukocok sedikit hingga Vivi mengerang, kudorong dan kuhentakan dalam-dalam, Vivi terhenyak dan mengerang keenakan, beberapa saat kemudian aku rasakan Vivi hampir orgasme, lalu aku cabut penisku.

"Viir.. Jangan dicabut doong.. Gua ampiir keluar niih.." teriak Vivi.
"Dilarang orgasme di dalam sauna, nanti menyerang jantung" kataku.
"Jahat lu ya.. Emangnya lu bisa nahan.." katanya cemberut.
"Kita terusin di jacuzzi atau di kolam saja yuk" kataku keluar dan Vivi mengikutiku keluar dengan telanjang bulat juga karena masih sepi.

Pada dasarnya memang aku paling senang membuat wanita penasaran dengan cara membuat mereka tergantung dalam perjalanan menuju orgasme. Dapat terlihat ekspresi wajah sensual dan merangsang bagi siapa pun yang melihatnya. Ini adalah saranku untuk para juru foto bila ingin mendapat wajah sensual dan merangsang yang natural, buatlah mereka seperti yang baru aku lakukan pada Vivi, pasti akan didapat ekspresi wajah tidak dibuat-buat, malahan mereka dapat menjadi liar, seliar-liarnya.

Akhirnya kami memilih jacuzzi di luar namun agak memojok, sehingga agak sulit untuk orang yang tidak khusus ke tempat jacuzzi untuk melihat kami. Aku pakai celana boxer longgar dan Vivi memakai bikininya yang sangat mini, bawah model G-String dan atas hanya ada 7 cm kain yang menutupi buah dadanya sehingga dari depan atau pun dari samping buah dadanya terlihat jelas, demikian juga putingnya.

Di dalam jacuzzi kami duduk berdampingan, dan tak berapa lama, Vivi sudah memasukkan tangannya ke dalam celana boxerku. Penisku sudah menegang, lalu Vivi berbalik menghadap dan mendorong aku ke pinggir serta memerosotkan boxerku, tak lama Vivi menundukkan kepalanya dan masuk ke dalam air, terasa mulutnya mengulum penisku sambil menjilati ujung kepalanya. Rasanya enak juga penisku dihisap di dalam air, lalu kepala Vivi naik untuk mengambil nafas. Beberapa kali dilakukannya dan aku naik ke pinggiran sehingga Vivi bisa lebih leluasa.

"Hhmm.. Kontol.. Kontol.. Untung bener Della ya.. Hhmm.." katanya lalu didorongnya mulutnya kembali.

Penisku kembali memasuki mulutnya. Kupegang kepalanya serta kuberi tekanan sedikit agar dia memasukkan penisku dalam-dalam. Vivi mendorong ke bawah kepalanya mencoba memasukkan penisku, terasa ujung penisku sudah mengenai ujung dalam mulutnya hingga Vivi agak tersedak. Beberapa kali dicoba tapi masih tiga perempatnya yang bisa masuk. Akhirnya Vivi menyerah.

Kuangkat Vivi, kunaikkan badannya tengkurap di pinggiran lantai jacuzzi sehingga kakinya ada di air. Dengan posisi begini, aku berdiri di belakangnya, kugeser bikini pada bagian vaginanya dan mulai membelah vaginanya dengan lidahku dan mengaduk aduk vagina Vivi, tak lupa kadang-kadang lidahku mampir di anusnya yang merupakan kegemaranku. Vivi mendesah-desah, tidak berani berteriak karena takut kedengaran orang.

Lalu dia turun membelakangiku di tangga untuk masuk ke jacuzzi, segera kumasukkan penisku ke dalam vaginanya dan kukocok keluar masuk dengan keras dan menghentak. Aku ingin segera menyelesaikan permainan ini karena takut ada yang lewat. Kuhentakkan sedalam-dalamnya dengan keras, Vivi terhenyak setiap kali aku hentakkan penisku ke dalam vaginanya. Vivi mendesah-desah menahan teriakannya dan kira kira 5 menit kemudian..

"Viir.. Terus viir.. Ooch.. Gua keluar viirr.." desahnya.

Pantatnya terus digoyang merasakan orgasmenya, dan akhirnya kurasakan aku juga akan orgasme, penisku semakin mengeras dan berkedut. Tiba tiba Vivi berbalik, tangannya secepat kilat memegang saluran spermaku di bawah zakar dan menekan keras-keras, mulutnya langsung mengulum dan menjilati ujung penisku. Penisku berkedut-kedut pertanda orgasme, tapi tidak ada sperma yang keluar. Vivi berkonsentrasi menekannya sekitar 2 menit sampai penisku agak mengecil baru dilepaskannya.

"Spermanya disimpan dulu buat nanti" katanya. Hmm, kelas tersendiri buat Vivi pikirku.

Tak terasa mulai gelap, sudah Jam 6. Kami terburu-buru keluar, aku pakai boxerku yang basah saja, Vivi memakai bikininya, langsung masuk ke dalam lift yang berada dekat dengan gym itu. Resepsionis gym sampai bingung melihat kami, terutama Vivi yang 90% bugil. Kami naik ke atas dan masuk ke apartemenku, ternyata Della sudah ada di dalam. Della mempunyai 1 kartu akses lift dan kunci pintu apartemenku, karena sejak saat di cerita "Della Yang (Ternyata) Liar", sering sekali kami berdua berada di apartemen itu mereguk kenikmatan dan mengumbar hawa nafsu birahi sexual kami, sehingga dengan mempunyai kunci sendiri akan memudahkan bagi Della untuk masuk.

"Gile lu ya, jadi satu ronde sudah selesai? Bagus nih bikininya" kata Della sambil meraba bikini Vivi yang merupakan alasan saja karena Della langsung meremas buah dada Vivi.
"Dell, gila lu ya, toket gua lu remas-remas, maunya Virano dong yang remas-remas" kata Vivi.
"Emang tadi belum?, ngapain aja tadi di bawah" tanya Della.
"Toketnya belum gua remas, baru vaginanya doang gua jilatin sama ngerasain kontol gua" kataku santai. Vivi membelalakkan matanya padaku.
"Anus lu ngerasain lidahnya nggak Vi.." tanya Della dengan santainya pada Vivi. Vivi tidak berani menjawab.
"Dikitlah cuma lewat" jawabku.
"Itu yang musti lu rasain Vi, justru di situ keahlian dia" kata Della menekankan.
"Udah.. Udah.. Ah, pusing gua liat lu berdua, mau berangkat nggak nih, mana lapar lagi" kata Vivi.
"Bukannya lu udah kenyang tadi di bawah?" tanya Della sambil tertawa.
"Bawah gua yang udah kenyang he he.. Tapi Virano punya masih lapar" kata Vivi mulai berani menimpali.

Akhirnya kami berangkat bertiga, memakai BMW Della, aku duduk di belakang sendirian. Della nyetir dan Vivi di sebelahnya. Kami tiba di Villa Dino yang tampak besar kira kira jam delapan dan sudah berkumpul sekitar 9 orang. Ada Dino, Alvin, Tito, Olan, Steve dan Henky. Wanitanya Maya, Ike dan Ira. Jadi dengan kami ada 12 orang, 7 pria, 5 wanita. Beberapa di antaranya pernah bertemu tapi tidak terlalu saling kenal.

Bersambung...




Komentar

0 Komentar untuk "At party - 1"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald