Pengalamanku dengan Roy

0 comments

Temukan kami di Facebook
Cerita ini berdasarkan pengalaman pribadi ketika bekerja di salah satu negara di Asia Tenggara.

*****

Sudah lama memang aku menaruh hati pada lelaki itu, sebut saja namanya Roy, seorang Filipino keturunan Itali yang merupakan rekan satu kerja tetapi berbeda bagian. Orangnya sudah agak berumur, sekitar 39 tahun, dengan wajahnya yang putih bersih terawat, terlihat baby-face tapi dewasa sekali. Sungguh perpaduan yang enak untuk dilihat, ditambah rambutnya yang selalu tersisir rapih. Sebenarnya dia sudah beristri yang tinggal di Philippine dengan tiga anaknya yang sudah besar-besar. Kudengar dari kawanku, dia tuh sedikit playboy, suka main cewek, mungkin dengan wajahnya yang terbilang ganteng dia gampang aja mendapatkan yang dia mau. Aku sempat berpikir untuk menghapus jauh-jauh keinginanku untuk lebih dekat dengannya, mana mungkin dia suka dengan sesama lelaki, pikirku.

Yang membuat aku penasaran, setiap berpapasan dia selalu meyapaku ramah dengan senyumnya yang manis, terlihat giginya yang putih teratur rapih membuat penampilannya tambah semourna di mataku. Mungkin hanya perasaanku saja dia selalu tersenyum manis padaku, memang pembawaan dia barangkali selalu tersenyum manis jika bertemu orang lain. Sampai pada suatu hari, ketika aku mau pulang setelah seharian bekerja, aku melewati bagian belakang kantorku, kulhat Roy sedang duduk sendirian sambil membaca koran, mungkin menunggu bis jemputan. Wah kesempatan bagus untuk mendekati dia, pikirku, dan akhirnya dengan perasaan sedikit gugup kudekati dia.

"Hi Roy, waiting for the bus?" tanyaku sedikit gugup.
"Yes, waiting for the next bus", jawabnya sambil tersenyum manis seperti biasanya.
"Are you going home also?" lanjutnya.
"Yes, I drive my car, you wanna join with me?" tanyaku penuh harap.
"Yes why not, rather than waiting for the bus", timpalnya sambil memasukkan koran ke dalam tasnya.

Akhirnya kami berjalan berdua ke palataran parkir tempat di mana aku selalu memarkirkan mobilku. Permulaan yang bagus, pikirku, mudah-mudahan selanjutnya berjalan sesuai dengan yang aku idam-idamkan, sambil terus berjalan aku membayangkan apa yang akan terjadi kemudian. Sesampainya di pelataran parkir, akhirnya kukendarai mobilku perlahan meninggalkan area kerjaku. Perlahan aku menyetir mobilku, sengaja agar bisa berlama-lama dengan Roy. Sepanjang perjalanan kami mengobrol banyak mengenai diri masing-masing.

Kesempatan emas bagiku untuk menikmati wajahnya yang manis dari dekat. Tangannya putih bersih ditutupi bulu-bulu halus yang membuatku ingin sekali mengelusnya. Kucuri-curi pandang ke arah matanya, kutelusuri satu persatu bagian tubuhnya, dari mulai rambut, matanya, hdungnya, bibirnya, wah sungguh sempurna seperti yang aku idam-idamkan. Sampai tak terasa kami tiba di apartemen di mana kami tinggal, memang kami tinggal di apartemen yang sama, yang disediakan oleh perusahaan.

"Are you free tonight?" tanyaku sebelum dia masuk ke blok-nya.
"Yes, why?" tanyanya sambil terus menaiki anak tangga.
"I'm going out for dinner tonight if you wanna join", lanjutku dengan perasaan gugup.
"Ok I'm lazy to cook also tonight, what time?" timpalnya membuat hatiku bersorak.
"Ok I will pick you up by seven", lanjutku.

Sesampainya aku di kamar, kurebahkan badanku sambil berteriak senang, akhirnya aku bisa lebih dekat dengannya, pikirku walaupun aku tak yakin dia menjalin hubungan yang lebih dari pertemanan atau tidak. Aku terus membayangkan apa yang akan terjadi nanti malam, sambil terus kubayangkan wajahnya yang terus manghantui pikiranku. Sampai aku terlelap dengan senyum puas membayangkan yang akan kualami nanti malam.

Aku terbangun dari tidurku setelah kudengar alarm berbunyi, sudah jam enam lebih duapuluh menit. Aku bergegas bangun dan mandi bersiap-siap untuk makan malam dengan Roy. Aku berdandan rapih layaknya mau bertemu pacar untuk berkencan. Tak lupa aku semprotkan parfum "Cool Water" favoritku agar badanku wangi.

Akhirnya setelah kujemput Roy dari tempatnya, kamipun langsung menuju salah satu cafe yang terletak tak jauh dari tempat kami tinggal. Di dalam mobil aku tak banyak bicara, mungkin karena agak gugup akan makan malam berdua dengan Roy.

"Hmm I like you perfume", katanya memulai pembicaraan.
"Really? I like your perfume also, make me..", aku tak melanjutkan kata-kataku.
"Make you what?" Roy memotong.
"Make you horny?" tanyanya lagi sambil tertawa lepas.

Aku pun tertawa malu sambil kutinju bagian pahanya, wah sekarang tanganku tiba-tiba sudah berada di atas pahanya. Roy hanya diam saja tak bereaksi, aku pun tak berani berbuat lebih jauh, takut menyinggung perasaannya. Sekitar sepuluh menit kami sampai di cafe yang kami tuju. Ramai juga suasananya saat itu, banyak anak muda, kupilih tempat duduk yang agak sepi agar tak terganggu oleh mereka.

Sambil menikmati makan malam, kami mengobrol panjang lebar mengenai banyak hal, dari mulai pengalaman kerja, keluarga dan masalah-masalah pribadi lainnya. Kini pertama kalinya dengan leluasa aku dapat menikmati wajah Roy dari dekat karena kami duduk saling berhadapan. Perasaanku benar-benar tak menentu saat itu, tapi tak kubiarkan kesempatan itu untuk menikmati ketampanan Roy dari dekat, sungguh sempurna. Mungkin Roy sadar aku mengamatinya dari tadi, sampai akhirnya dia mengeluarkan kalimat yang membuatku terhenyak.

"Oscar, if you wanna tell me something, go head, dont be shy, I know what you want", katanya dengan suaranya yang datar dan tenang.

Aku benar-benar menjadi bisu saat itu, tapi kucoba untuk menguasai keadaan dan akhirnya akupun berterus terang kalo aku menaruh hati padanya.

"I know what you feel, I can understand, eventhough I never do it with the same-sex, I think I can do it for you, because you're always nice to me", ucapnya membuat aku tertegun.

Akhirnya makan malam itu merupakan saat penting ketika aku menceritakan kehidupanku sebagai seorang gay. Roy hanya mendengarkan dengan penuh perhatian, dengan sesekali memberiku semangat agar tak berkecil hati. Ternyata dia mengerti yang kurasakan, akupun heran mengapa orang seperti Roy yang kata orang playboy, bisa menerima diriku yang suka dengan sesama jenis.

Akhirnya aku mengundang Roy untuk datang ke tempatku setelah makan malam tersebut, dan tentunya dia tidak menolak ajakanku. Sesampainya kami pulang, Roy langsung menuju ke tempatku dan masuk ke dalam kamarku. Dia sekarang duduk di tempat tidurku dan menoonton TV yang baru kunyalakan. Akupun merasa kikuk tak tahu apa yang harus diperbuat, sambil ikutan menonton TV dan sesekali kupandangi wajahnya yang asik dengan acara TV. Sadar aku memperhatikannya, Roy pun menoleh ke arahku dan memberi isyarat untuk duduk di sebelahnya.

Akupun tak tinggal diam, kudekatkan badanku di sebelahnya, sekarang aku benar-benar berada dekat sekali dengannya. Wangi parfumnya betul-betul membuatku tak bisa menahan diri. Kuberanikan diri untuk menyentuh bagian pahanya, Roy hanya tersenyum dan membiarkan tanganku membelai-belai pahanya. Kuremas-remas pahanya dan tanganku sekarang sudah naik ke arah selangkangannya di mana senjatanya berada. Kurasakan senjatanya mengeras, akupun tak tinggal diam sambil kuremas-remas senjatanya yang semakin membesar, kuciumi bagian lehernya, sungguh wangi membuatku berahiku naik.

Kuciumi lehernya sambil tanganku mencoba membuka semua kancing kemejanya. Sekarang aku sudah ada di atas pangkuannya, sambil terus kutelusuri setiap inci wajahnya, mulai dari dahinya, pipinya, bibirnya yang memerah, kugigit-gigit kecil lehernya, di mana tangankupun sibuk menyusuri lekuk-lekuk tubuhnya yang seksi. Roy sesekali mendesah menikmati permainan lidahku yang makin lama makin buas. Kujilati dadanya yang ditutupi bulu-bulu halus, kucari bagian putingnya yang tertutup bulu, kuhisap kedua putingnya yang memerah sambil kujilat-jilat.

"Ah yes", Roy mendesah panjang menandakan dia sangat menikmati hisapanku di kedua putingnya.

Aku turun ke bagian perutnya yang agak berlemak, aku suka sekali melihat bagian perutnya yang agak gemuk ditumbuhi bulu-bulu halus. Kujilati dengan buas, sambil sekarang tanganku berusaha membuka celana panjangnya dan juga membuka semua pakaianku. Kulihat Roy sekarang sudah telanjang tanpa sehelai benangpun, sungguh seksi, kuperhatikan tubuhnya denga seksama, kunikmati pemandangan yang indah tersebut.

"Oscar, suck my dick please", pinta Roy tak tahan lagi.

Kuarahkan mulutku ke arah senjatanya yang sekarang sudah benar-benar tegang. Kujilati bagian kepalanya yang agak memerah sambil kupegangi bagian batangnya. Senjatanya benar-benar indah, dengan panjang sekitar 20cm, dengan jahitan bekas sunat yang tak nampak, sungguh mulus ditambah bulu-bulu halus yang menghiasi sekitar pangkalnya. Kuhisap mulai dari bagian kepalanya, kucoba memasukkan semua batangnya sambil kumain-mainkan lidahku. Kudengar Roy mendesah-desah seirama dengan permainan mulutku yang menyedot-nyedot batang kemaluannya dengan buas. Kuhisap kedua buah bolanya yang menggantung, kujilat dengan lembut, karena daerah itu memang agak sensitif, sambil tanaganku mengelus-elus senjata Roy yang ngaceng berat.

"O yes, I love it", Roy mendesah dan mengerang sambil tangannya meremas-remas rambutku.

Seperti anak kecil yang makan eskrim, kujlat-jilat batang senjatanya dengan penuh nikmat. Kuhisap lebih kuat mulai dari kepalanya, yang sekarang nampak makin merah, sampai batangnya, kucoba memasukkan semua ke dalam kerongkonganku, sambil tanganku meremas-remas kedua putingnya yang juga mengeras. Kurasakan detak jantung Roy yang semakin keras dan birahinya yang bertambah naik.

"Suck me deeper, I like blow job, oh.", Roy mengerang sambil mendorong wajahku untuk menghisap senjatanya lebih dalam.

Akhirnya Roy memintaku untuk memasukkan senjatanya yang sudah benar-benar menegang itu ke lubang pantatku. Dengan posisi duduk di atas dan Roy yang terlentang, kutuntun senjatanya ke lubang pantatku setelah kuoleskan "Lubricant" agar tak sakit. Perlahan kumasukkan kepalanya terlebih dahulu, terasa sakit karena memang aku jarang sekali bermain sek anal.Kutarik nafas sambil kudorong dan kugoyangkan pantatku agar kepala kemaluan tersebut bisa masuk. Akhirnya masuk juga kepalanya, denga terus menggoyangkan pantatku dan kukocok senjataku sendiri, kudorong agar sekarang batang senjata Roy bisa masuk ke dalam lubang pantatku.

Dibantu oleh dorongan pantat Roy yang naik turun, akhirnya senjata Roy benar-benar sudah masuk semua memenuhi lubang pantatku. Sekarang kunaikturunkan pantatku sambil kugoyang agar dinding dalam pantatku agak terbuka. Kulihat Roy matanya merem melek menikmati permainan malam itu, sambil tangannya mengocok senjataku dan tangan yang satu lagi meremas-remas putingku. Kami berdua saling mendesah melayang dibuai kenikmatan yang didapat malam itu.

"I want to fuck you on the top", bisik Roy meminta ganti posisi permainan.

Sekarang Roy berada di atasku, mengangkat kedua pahaku dan memasukkan senjatanya ke dalam lubang pantatku yang sekarang sudah terasa basah dan longgar. Dengan sekali sodok, Roy memasukkan senjatanya dan sekarang dia menggenjotku dengan memajumundurkan pantanya. Sambil menikmati genjotannya kupandangi wajah Roy yang tampan tersebut dibalut rasa birahi yang tinggi. Dengan posisi kedua kakiku yang ditopang dada Roy, kuremas-remas kedua puting Roy, begitu juga Roy mengocok senjataku denga buas, sehingga aku merasakn kenikmatan yang luar biasa.

"Oh Roy, fuck me harder please", erangku memohonnya untuk menggenjotku lebih kuat.

Roy menciumi leherku sambil terus menggenjotku dengan buas. Diciuminya bibirku, yang tentunya kubalas ciuman bibirnya, sambil tanganku terus meremas semua bagian tubuhnya terutama bongakahan pantatnya yang terasa kenyal dan seksi. Lama kami saling berciuman dengan posisi Roy menggenjotku dari atas, ingin rasanya aku keluar saat itu, sampai akhirnya Roy minta berganti posi lagi. Sekarang aku menungging, dan Roy menggenjotku dari atas dengan posisi berdiri. Kurasakan senjata Roy menusuk-nusuk bagian dalam lubang pantatku, akupun tak tinggal diam kugoyangkan pantaku untuk memberi sensasi nikmat bagi Roy.

Sambil terus menggenjotku, sekarang Roy setengah terduduk sambil memeluk tubuhku dan merapatkan dadanya ke punggungku. Tangannya mengarah ke senjataku yang masih menegang, sambil tangan yang satunya meremas-remas putingku. Oh nikmat sekali permainan malam itu. Birahiku semakin naik saja, apalagi ketika Roy menciumi bagian belakang leherku, sambil terus menggenjotku. Badanku panas dingin dan merinding dibuatnya, tak ingin rasanya aku mengakhiri permainan yang sangat nikmat tersebut.

"Oscar I cum in", bisik Roy akhirnya sambil terus menggenjot dan menciumi leherku dengan buas.
"Yeah, me too", desahku sambil membantu tangan Roy yang sedari tadi mengocok senjataku agar mempercepat kocokannya.
"Ah Oscar, I cum..", Roy mengerang panjang.

Akhirnya kurasakan tubuh Roy menegang sambil mendorong pantatnya kuat, memasukkan senjatanya ke dalam lubang pantatku. Kurasakan cairan hangat memenuhi lubang pantatku dan kudengar Roy mengerang kuat bersamaan dengan ejakulasinya. Sekarang Roy mengocok senjataku lebih cepat sambil tangan yang satunya terus meremas putingku dan deru nafasnya yang masih terasa di leherku. Aku benar-benar berada di puncak kenikmatan saat itu, tak tahan lagi menahan gejolak spermaku yang sudah berada di ujung. Akhirnya klimakku datang juga, aku mengejang sangat kuat dan mengeluarkan cairan sperma yang putih membasahi semua tempat tidurku.

Aku terkulai lemas setelah permainan hebat tersebut, kulihat Roy pun terlentang kecapaian. Kuhampiri tubuhnya, kuciumi pipinya, lehernya, rasanya aku tak ingin melepaskannya. Oh, pengalaman yang sangat indah denga Roy yang tak mungkin aku lupakan.

Setelah kejadian itu, kami jadi semakin akrab dan mengulangi petualangan sek yang kami lakukan jka ada kesempatan.

Thank's Roy, hope to see you again..

Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Pengalamanku dengan Roy"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald