Supir papaku - 3

0 comments

Temukan kami di Facebook
Makin banyak pejuh yang tertelan olehku. Rasanya agak pahit dan asin, terasa kental-kental licin di lidah. Mula-mula memang terasa mual, tapi belakangan saya malah menelannya dengan penuh kenikmatan. Bunyi kecipak-kecipok terdengar saat Adi masih saja mengentotin mulutku yang banjir pejuh. Alhasil, sebagian pejuh yang telah bercampur air liurku mengalir turun dari kedua sisi bibirku. Baru kemudian, Adi melepaskanku. Kelelahan, si supir bejat itu membaringkan tubuhnya di sampingku.
Tanpa meminta persetujuanku, tubuhku dipeluk seakan saya adalah kekasih homoseksualnya. Terbaring bugil di dalam pelukan Adi, bersimbah keringat dan percikan pejuh, saya tak merasa menyesal telah melepaskan sisi homoseksualitasku. Saya ingin mencoba hal yang lain. Saya mau dianal alias dingentot!
Tanpa malu, saya berbisik di telinganya, "Ngentotin saya donk." Adi kaget mendengar permintaanku. Kedua matanya terbuka lebar, tak percaya.
"Apa kata loe? Pengen dingentot?" Supir itu lalu tertawa, namun tawanya terdengat bejat.
"Tentu aja, gue gak bakal lepasin loe sebelum gue mendapatkan lobang loe."
Dengan pandangan mesum, Adi duduk sambil mencoli kontolnya yang belepotan pejuh. Dalam sekejab, kontol itu kembali bangkit dan keras! Astaga, Adi sungguh seorang pejantan!
"Ayo, bersiaplah. Kontol ini bakal menghajar pantat loe."
Supir itu turun dari ranjang dan berdiri di dekatku. Tubuhku yang masih terbaring ditarik mendekat. Kedua kakiku diangkat tinggi kemudian ditaruh di atas pundaknya yang lebar. Sementara bantal yang sering dipakainya untuk tidur disisipkan di bawah pinggulku. Dalam proses itu, kontol Adi yang ngaceng selalu bersentuhan dnegan anusku yang berkedut-kedut. Birahiku makin menguat, tak sabar ingin segera dingentot.
"Oke, deh. Semua siap. Bentar lagi, loe bakal jadi milik gue. Gue tau loe doyan kontol. Loe pasti suka kontol gue."
Dan dengan itu, Adi mulai memaksakan kontolnya masuk. Saya mulai merasakan sakit pada bibir anusku. Anusku yang masih perjaka dipaksa membuka oleh kontol yang besar itu. Kontol itu masih basah dengan pejuh, namun jumlahnya masih kurang banyak untuk melumasi anusku. Tentu saja hal itu meyulitkan penetrasi dan membuatku agak kesakitan. Anusku terbuka makin lebar dan ujung kepala kontol Adi sudah masuk sedikit. Wajah Adi meringis karena nikmat.
"Aahh.. Sempit banget.. Aahh.. Loe pasti masih virgin.. Uuhh.. Enak banget.. Gak nyangka bisa dapatin virgin.. Aahh.. Anak bos lagi.. Uuhh.."
Adi mungkin sangat menikmati proses penetrasi yang sulit itu, tapi saya sebaliknya kesakitan.
"Aahh.. Sakit, Bang Adi.. Aahh.. Bang, stop, Bang.. Aahh.. Sakit banget.. Oohh.." Saya merintih dengan mata berair.
Bibir anusku terasa panas terbakar akibat pergesekkan yang sulit itu. Saya ingin sekali melepaskan diri dari kontolnya, namun Adi memegangi tubuhku kuat sekali. Saya tak berdaya melawannya. Lagipula, sebagian dari diriku memang ingin sekali disodomi olehnya. Tapi Adi tak mempedulikanku.
Dia cuma berkata," Tahan aja.. Oohh.. Jangan cengeng.. Aahh.. Loe kan cowok.. Terima donk kayak cowok sejati.. Uuggh.. Lagian, bentar lagi juga enak kok.. Oohh.."
Rasanya seperti bertahun-tahun sampai akhirnya.. PLOP! Masuk sudah kepala kontol itu. Saya menghela napasku, lega sekali. Meski anusku masih terbakar, namun merasa jauh lebih baik.
"Gimana? Enak kan?" tanya Adi, tersenyum mesum.
Supir itu mendekatkan tubuhnya sehingga bibirnya berhadapan dengan bibirku. Lidahnya menjulur keluar, ingin bersentuhan dengan bibirku. Saya tak keberatan dan membuka mulutku untuk menyambutnya. Lidah kami saling terjulur dan bersentuhan. Tiba-tiba Adi menempelkan bibirnya ke bibirku. Tapi dengan demikian, kontolnya semakin terdorong masuk. Saya mengerang tertahan sambil melayani ciumannya.
Puas berciuman, Adi bangkit dan tersenyum melihatku telentang pasrah di depannya. Kontolnya yang hangat terasa berdenyut di dalam liang pembuanganku. Senyuman mesum mulai menghiasi wajahnya yang tampan itu. Kemudian kurasakan kontolnya mulai bergerak keluar masuk. Awalnya rasa sakit masih menyiksaku, panas dan nyeri. Nmaun saya mencoba untuk menahannya. Adi tahu benar apa yang sedang saya rasakan tapi dia tidak berkata apa-apa. Dia terus menyodomiku sambil berkomentar yang jorok-jorok.
"Aahh.. Ngentot.. Uuhh.. Doyan kontol kan? Aahh.. Rasakan kontol gue.. Uuhh.. Fuck you.. Oohh.. Pantat loe enak buat ngentot.. Oohh.. Uuhh.."
Semakin lama menyodomi, semakin dalam kontol Adi menghajar liang pembuanganku. Saat prostatku terkena hajaran kontol yang ngaceng itu, rasa nikmat merambati tubuhku. Mulanya terasa agak aneh karena tiap kali prostatku terkena, kontolku makin ngaceng dan mengeluarkan precum. Selain itu, detak jantungku makin cepat dan napasku terasa terhenti. Inikah kenikmatan disodomi seperti yang sering kubaca di Internet?
"Aahh.. Aahh.. Oohh.." erangku, terangsang sekali.
Kulihat Adi sendiri sudah mulai berkeringatan. Wajahnya dihiasi dengan ekspresi kenikmatan yang bercampur dengan kemesuman. Setetes keringat bergelantungan di dagunya, yang kemudian jatuh ke atas leherku.
"Oohh.. Hhoohh.. Ngentot.. Aahh.. Lebih dalam, Bang.. Oohh.. Lebih kuat.. Aahh.. Kontol Bang Adi.. Uugghh.. Enak.. Hhoosshh.." saya meracau, memacu nafsunya.
"Aahh.. Ngentot loe!! Aahh.. Dasar homo.. Oohh.. Fuck you! Oohh.. Rasakan kontol gue.. Hhohh.."
Ritme ngentotnya pun semakin lama, semakin cepat. Deru napasnya terdengar seperti napas banteng yang mengamuk. Sodokan kontolnya terasa makin kuat sampai-sampai saya merasa prostatku bisa hancur. Tubuhku ikut terguncang-guncang. Suasana bertambah erotis dengan derit ranjang Adi dan erangan-erangan kami berdua. Kalau saja adegan ngentot kami itu diabadikan dalam foto maupun film, pasti akan laku terjual!
"Aahh.. Gue suka ngentot loe.. Oohh.. Nikmati kontol gue.. Aahh.. Rasakan kejantanan gue.. Oohh.. Gue bakal hamilin loe.. Uugghh.. Ama pejuh gue.. Oohh.. Loe milik gue sekarang.. Oohh.."
Sekali lagi, Adi membungkukkan tubuhnya yang bersimbah keringat, ingin menciumi bibirku. Saya terima saja, dan malah mencoba untuk mencium balik dengan nafsu yang lebih besar. Kontolku yang ngaceng dan basah terperangkap di antara badan kami. Irama ngentot Adi dan pergesekkan antara tubuhnya dan kontolku secara tak langsung telah membantu saya tiba di tepi jurang orgasm. Precum-ku sudah membanjiri pusarku. Genangannya bahkan sudah meleleh turun ke ranjang.
"Oohh.. Adi.. Oohh.. Saya suka kamu.." desahku saat kami selesai berciuman.
"Uugghh.. Ngentotin pantatku.. Oohh.. Ngentotin saya.. Aahh.. Saya mau jadi.. Uugghh.. Milikmu.. Aahh.."
Meski meracau, saya sadar apa yang saya ucapkan. Adi memang seksi sekali dan saya sadar bahwa saya tertarik apdanya, dan mau menajdi miliknya. Saya tak berharap dia mau mencintaiku. Asalkan dia sudi mengentotku tiap hari, saya sudah cukup senang. Di luar dugaan, Adi menjawab sambil terengah-engah.
"Gue.. Oohh.. Juga sayang loe.. Oohh.. Gue mau bercinta ama loe.. Aahh.. Ngentot! Aahh.. Enak banget, sayang.. Oohh.. Sayang, gue udah mau keluar.. Oohh.. Terima pejuh gue.. Aahh.. Gue banjirin perut loe.. Oohh.. Ama pejuh gue.. Aahh.. Aarrghh!! Ooh!! Aarggh!!" Sambil memeluk tubuhku kuat-kuat, Adi membiarkan tubuhnya dikuasai orgasme. Melolong seperti serigala yang kesakitan, Adi pun ngecret.
Ccrrott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Kontol yang perkasa itu berdenyut dan menembakkan cairan kelaki-lakiannya. Pejuh Adi terlontar dalam sekali, membanjiri ususku. Rasanya hangat dan nikmat. Saya ikut mengerang sambil meremas-remas dadanya yang atletis itu.
"Aarggh!! Uuhh!! Oohh!! Hhoohh!! Hhoosshh!! Aahh!!"
Kulihat tubuhnya berguncang, bergetar, mengejang. Otot-otot perutnya berkontraksi dengan hebat, nampak membesar dan hidup. Dada bidangnya naik-turun, memompa udara sebanyak-banyaknya. Bahkan jakunnya pun naik-turun.
"Aarrgghh!! Aahh.. Uugghh.."
Di saat orgasme Adi mulai mereda, giliranku untuk berorgasme. Kontolku yang masih terjepit di bawah badan Adi menegang dan segera menyemprotkan isinya. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Volume pejuh yang dimuntahkan banyak sekali. Saya hanya bisa mengerang dan mendesah.
"Ooh.. Ooh!! Uuggh!! Oohh!! Aahh!! Uuhh!!"
Pejuhku yang kental dan hangat mengalir menuruni badanku yang telentang dan lalu membasahi kasur. Adi masih saja terus menyodomiku sehingga pejuhku tergesek-gesek seperti lotion.
"Aahh.. Oohh.." desahku saat prostatku masih saja terkena hajaran kontol Adi yang masih setengah ngaceng.
"Uugghh.. Oohh.." Kami pun saling berpelukan sambil mengistirahatkan badan kami.
"Aahh.. Enak banget, sayang," bisik Adi, menarik kontolnya keluar.
Saya mendesah saat kepala kontol itu meninggalkan isi perutku. Rasanya kosong dan hampa. Supir tampan itu kembali mendaratkan beberapa ciuman di wajahku.
"Besok, kita main lagi yach."
"Kenapa harus besok?" tanyaku, tersenyum nakal.
"Nanti juga bisa. Saya suka kontolmu. Top banget. Ngentotin saya lagi, yach", pintaku.
Tanganku menjelajahi punggungnya yang berotot dan lebar itu. Aroma keringat Adi yang bercampur bekas semprotan parfum tadi pagi kembali merangsangku. Adi sampai kaget saat merasakan kontolku yang sudah lemas pelan-pelan mulai bangun lagi. Dan dia memang mengentotinku sekali lagi. Tak ada yang tahu akan hubungan rahasia kami, bahkan ayahku tak tahu. Adi memang pengentot dan pecinta yang terbaik!
Tamat





Komentar

0 Komentar untuk "Supir papaku - 3"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald