Cinta berbalut birahi - 1

0 comments

Temukan kami di Facebook
Devi dan Sony adalah dua remaja yang sedang dimabuk cinta, keduanya mengagungkan kesetiaan dan ketulusan dalam mengarungi perasaan kasih sayang yang selama ini menghinggapi kedua sejoli itu. Hubungan mereka telah terjalin selama 3 bulan dan dipenuhi dengan kisah-kisah romantis yang indah. Janji untuk saling setia dan mengasihi selamanya sampai ajal menjemputpun diucapkan. "Dev!, Aku punya kaset CD menarik yang bercerita tentang gejolak cinta anak muda Amerika!", Kata Sony kepada Devi saat istirahat di sekolah.
"Wah menarik sekali! Ingin rasanya aku menonton", respon Devi penuh antusias.
"Kalau begitu habis sekolah kita nonton bareng di rumahku, kebetulan rumah sedang kosong, Mama dan Papa sedang ke Medan, kakakku ke Surabaya ngurus skripsinya, pembantu pulang kampung jadi aku sendirian nich!", tawar Sony pada gadis cantik di depannya.
"Cihui!, Kita bisa bebas dong, nggak ada mata sinis atau muka cemberut dari ortumu!", teriak Devi kegirangan.
"Jangan gitu dong!, jelek-jelek mereka orang yang memeliharaku lho".
"Maaf deh!, maaf aku hanya bercanda".
"Teet!".., "Teet!" "Waduh bel masuk sudah berbunyi tuh! Yuk, kita masuk ke kelas! Oh ya, kutunggu kau di depan gerbang sekolah".
"Cup!", Sony mencium kening Devi dengan mesra.
"Saya mencintaimu Dev!".
"Saya juga mnecintaimu Son!".
Keduanyapun segera menghambur menuju kelas masing-masing.

"Ayo Dev masuk, nggak usah sungkan nggak ada orang kok, anggap aja rumah sendiri", ajak remaja tanggung yang memiliki wajah mirip Keanu Reves kepada Devi, gadis bertubuh montok berwajah cantik yang berhasil digaetnya tiga bulan lalu dengan perjuangan yang gigih.
"Aku ambil minum dulu, kamu langsung aja puter filmnya, ini CD-nya".
Tanpa diperintah lagi Devi langsung meraih kaset CD dari tangan Sony dan langsung memasukkannya dalam VCD Player yang ada di ruang keluarga.

"Gimana Dev filmnya, bagus nggak?", tanya Sony saat keluar dari dapur dengan membawa sebotol air putih beserta 2 gelas.
"Belum tahu dong, baru saja mulai".
"Wah!, bintangnya ganteng dan cantik lho Son, seperti kita berdua".
"Bisa saja kamu".

Merekapun tampak asyik masyuk menikmati film di layar gelas 29 inci. Keduannya sangat mesra, mereka duduk dengan perpelukan, sesekali Sony mencium pipi Devi yang merah dan mulus, Devipun tak mau kalah, dia balas mencium. Siang itu agaknya dunia berpihak pada mereka. Suasana rumah yang sepi membuat mereka berdua leluasa menumpahkan kasih sayang selama ini terkekang oleh aturan orang tua. Namun canda dan tawa mereka tiba-tiba terhenti berganti dengan desahan-desahan halus dari speaker sub woofer TV, tubuh kedua remaja itu menegang, wajah mereka memerah seperti kepiting rebus, nafas mereka terdengar memburu. Tatapan mata mereka tertuju pada adegan film yang membuat jantung berdegup kencang.

Devi dan Sony tampak menghayati permainan dua insan berlainan jenis tanpa sehelai benang pun saling berpagutan, mengulum, berciuman, menjilati kemaluan, erangan halus dan desahan nafas bintang remaja amerika itu mematri amat kuat dalam ingatan mereka berdua. Nafsu birahi dua sejoli yang sedang dilanda kasmaran merambat naik membuat keduanya menggigil menahan gejolak yang sangat kuat.
"Dev, aku mencintaimu, aku men.., men.., menyayangimu", kata Sony dengan suara bergetar sembari mencium tangan Devi.
"Aku jug.., juga cinta kamu Son", kata Devi terbata-bata Keduanya saling berpandangan, nafsu birahi mereka mencuat dirangsang oleh tontonan yang aduhai dan memabukkan.

"Devi.., aku ingin kita bersatu jiwa dan raga".
"Maksudmu?".
"Aku ingin kita melakukan seperti difilm itu".
"Maksudmu hubungan seks!" kata Devi terkejut, Sony hanya menganggukkan kepala.
"Tidak Son, Kita belum meni.."
Belum selesai perkataannya, tubuh Devi menggigil hebat saat sangat Sony merayapi buah dadanya yang telah mengeras melalui sela-sela kancing baju.
"Kau cantik Dev, aku ingin mencurahkan kasih sayangku padamu", bisik Sony sambil lidahnya menjilati daun telinga Devi.
"Son!, jang.., an Son jang..".
"Tidak Dev, kau adalah milikku, kita akan bersama selamanya dan tidak akan pernah berpisah".

Devi tak kuasa menolak ajakan bejat dari Sony untuk melakukan hubungan badan, nafsu birahinya telah menguasai akal sehatnya. Sony mulai melakukan serangan kepada Devi, memory gerakan yang ada difilm segera saja dipraktekkan. Sony memagut bibir Devi dan Devipun membalas dengan hangat, keduanya saling mengulum dan berpelukan mesra. Walau masih pelajar SMU tangan sony telah terampil untuk membuat rangsangan dahsyat ke tubuh Devi yang sintal dan mulus itu. Satu persatu kancing baju seragam Devi dilepasnya dan kini tampak kutang berwarna putih menyembuh keluar. Melihat kutang Devi, Sony tak tahan lagi, dia langsung melepas kutang itu dan membenamkan wajahnya di buah dada yang ranum milik Devi. Disedot-sedotnya puting susu Devi yang kenyal.
"Ahh.., uuh.., ahh.., uuh", Devi tampak mengerang keenakan ketika tangan kiri Sony mulai meremas-remas buah dada Devi dan mulutnya menyedot puting susu Devi. Perlakuan itu membuat nafas gadis cantik yang masih perawan itu memburu dan tubuhnya menggelinjang tak karuan.
"Son.., uhh.., ugh.., ahh!", mulut Devi menganga saat mengerang menahan hentakan nafsu dan aliran hawa aneh yang belum pernah dia rasakan selama ini.

Mendengar erangan Devi yang erotis membuat penis Sony mengeras dan menegang. Penis yang selama ini hanya dipuaskan dengan tangan, agaknya akan menemukan lubang fantasi yang sebenarnya telah diinginkannya sejak lama. Nafasnya memburu peluh mulai bercucuran seiring dengan naiknya panas tubuh mereka. Sony mulai menyusuri tubuh Devi yang montok, dia mengendus-endus dan mencium serta menjilati perut Devi, membuat gadis berumur 17 tahun itu kegelian dibuatnya. Rok abu-abu yang masih melekat segera dilepas Sony dengan setengah paksa.

"Dev, kau cantik sayang, tubuhmu indah, hmm, nikmat!", rayuan gombal Sony membuat perasaan Devi melambung menembus awang-awang.
"Son.., lakukanlah!, lakukanlah!".
"Sabar Dev, kita akan bersama-sama menjumpai kenikmatan yang maha dahsyat yang belum pernah kita rasakan.
"Agghh.., ughh.., uuh.., ahh", tubuh Devi menggelinjang, nafasnya memburu dan dari mulutnya keluar erangan kenikmatan saat tangan nakal Sony meremas vagina Devi yang masih tertutup celana dalam berwarna hitam.
Lelaki berumur 19 tahun itu menindih tubuh kekasihnya, ditatapnya wajah cantik dengan bibir merah merekah dengan mesra.

"Buka matamu Dev, rasakan aliran nikmat yang terus menerjang dan mendesak-desak tubuh kita", pinta Sony saat melihat mata Devi terpejam karena tak kuasa menahan kenikmatan yang asing dan baru pertama kali ini dia rasakan.
"Bagaimana sayang, kau bahagia?", tanya lelaki itu sembari tersenyum romantis.
"Kau nakal Son?, Kau membuatku lupa diri".
"Aku ingin membahagiakanmu Dev".
"Uuuh.., aah.., uhh", Devi kembali mengerang saat lehernya digigit lembut oleh Sony.
"Dev, bantu aku membuka bajuku".
Gadis yang telah memuncak birahinya itupun langsung membuka kancing baju pacar yang menindih tubuhnya.
"Jangan gitu dong Son, bajumu nggak bisa kulepas, jangan menciumi aku dulu".
"Oh Sorry, habis kamu cantik sih", keduanya langsung tertawa cekikikan.
"Oke, aku buka sendiri deh", setelah berkata begitu Sony langsung melepas baju dan celana panjang sehingga kini dia hanya memakai celana dalam saja dan tampak kepala penisnya menyembul keluar seakan mau berkata kalau dia sudah siap untuk bertugas.

Tanpa kompromi lagi, dia langsung menghujani ciuman ke leher, bibir dan buah dada Devi dengan penuh nafsu, digelutnya tubuh gadis yang membuatnya mabuk kepayang itu dengan aroma birahi. Keduanya bergulingan di lantai, mereka sudah tidak mempedulikan sekelilingnya, film dari VCD yang masih berlangsung sudah tidak menarik lagi bagi mereka, benda-benda di sekitar ruang keluarga menjadi saksi bisu bagaimana Sony dan Devi memburu kenikmatan yang hanya diperbolehkan bagi mereka yang telah resmi menjadi suami isteri.
"Dev, Hmm".
"Sony.., kau hebat aku bangga padamu".
"Auuhh.., aghh.., uhh"

Kembali Sony menyusuri lembah-lembah misteri di tubuh devi, dan sampailah kini dia di lembah yang paling rahasia bagi kewanitaan Devi, Vagina, kulit paha yang putih mulus membuat penis Sony mengangguk-angguk dengan hebat, CD-nya sudah tidak sanggup menahan desakan penis yang telah membesar itu. Celana dalam Devi yang masih membungkus vagina segera dilepas Sony dan tampaklah vagina Devi yang memancarkan cahaya birahi amat kuat, membuat Sony kelabakan. Nafsu Sony bertambah beringas melihat vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus, ditekuknya lutut Devi dan dibukanya paha Devi. Sony melihat daging merah ranum yang membuatnya menelan ludah. Tanpa ba.., bi.., Bu lagi dibenamkannya kepala Sony diantara kedua paha Devi. Dijilatinya selakangan Devi, kemudian disedotnya bibir vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu, klitoris Devi menegang jadinya, Sony pun tanggap bahwa Devi telah meningkat birahinya dan diapun langsung menggetarkan klitoris itu dengan telunjuk kanannya, membuat vagina devi semakin membesar dan mengencang.

Tak lama cairan bening vagina tanpa permisi mengucur deras membasahi bulu-bulu lembut yang ada di sekeliling bibir vagina, bahkan sebagian tumpah membasahi lantai keramik ruang keluarga tempat kedua remaja itu memadu cinta. Sony pun segera menghisap cairan itu dan menyedotnya sampai licin tandas.
"Uuuenak tenan Dev, manis, asin dan gurih", kata Sony, mendegar perkataan kekasihnya Devi tersenyum bangga. Sony kembali menggetarkan klitoris Devi, diapun mengkombinasikan dengan sedotan pada puting susu Devi yang mengeras.
"Uuuh.., ughh.., aahh", tubuh Devi menegang dan menggelinjang dengan dahsyat, kedua tangannya menjambak rambut Sony yang sedang asyik mengulum susu putihnya.
"Son, masukkan penismu Son dalam vaginaku.., cepat Son.., cepat.., aku akan.., aah.., aahh.., uhh.., auughh.., auu", erangan Devi kali ini lebih keras dari sebelumnya, tubuhnya berguncang hebat, lenguhan panjang keluar dari mulutnya. Dia orgasme! .

Bersambung . . .




Komentar

0 Komentar untuk "Cinta berbalut birahi - 1"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald