Lily Panther - Berbagi ceria dimana saja - 3

0 comments

Temukan kami di Facebook
Aku berhenti di depan pintu kamar Hari, entahlah seolah ada yang menahanku, sepertinya aku belum siap untuk bercinta dihadapan laki laki lain, tapi Piter menyambutku dengan senyuman kemenangan, dia membimbingku ke ranjang diikuti Hari yang sudah mengenakan celana pendeknya, dia langsung duduk di sofa di ujung kamar setelah menyalakan lampu dengan terangnya, seolah ingin melihat dengan jelas bagaimana sobatnya memuaskanku atau ingin melihat bagaimana aku melayani laki laki lain.

Piter langsung melucuti pakaian satu satunya penutup tubuhku, kini aku telanjang dihadapan dua laki laki, belum pernah aku mengalami hal seperti ini, kembali rasa nervous membayangiku.
"Nah ini baru betul, nggak rugi dibelain terbang dari Jakarta" komentarnya sesaat melihat tubuhku yang telanjang duduk di tepi ranjang.
Dia duduk disebelahku, dielusnya punggungku, celotehan pujian terucap setiap kali tangannya bergeser ke bagian lain tubuhku. Tangannya mulai menjelajahi kedua buah bukit di dada, diremasnya dengan gemas sambil menciumi pipi dan leherku, aku menggelinjang geli.

Secara reflek tanganku menjamah selangkangannya, kubuka resliting celananya dan kususupkan tanganku ke dalam, langsung masuk di balik celana dalamnya, ada perasaan aneh ketika tanganku berhasil meraih kejantanannya, ternyata jauh lebih pendek dari punya Hari yang berukuran sedang itu, meskipun besarnya hampir sama, mungkin segenggaman sudah hilang padahal sudah keras menegang.

Aku menggeser tubuhku ke bawah, berlutut di antara kedua kakinya, tak kuhiraukan dinginnya lantai kamar yang menusuk, kulepas celananya bersamaan dengan dia melepas kaos dan jaketnya. Ketika kutarik turun celana dalamnya, mencuatlah kejantanannya, hamper mengenai mukaku, kugenggam dan kuremas remas, begitu kecil rasanya sehingga tak ada sisa dalam genggaman tanganku, bisa dibayangkan sebesar pisang emas yang manis dan mungil. Tak kupedulikan ukuran penis di genggamanku, segera kucium dan kujilati penisnya, tak ada aroma sperma, berarti dia memang tidak sempat melakukan dengan ceweknya tadi, kukulum dan kulumat habis hingga pangkalnya, bukan masalah besar bagiku untuk melumat penis seukuran ini.

Piter mulai mendesis saat kocokanku makin cepat, berulang kali dia memuji permainan oralku yang menurut dia the best, apalagi ketika lidahku menyusuri seluruh daerah sensitif di selangkangannya. Ditariknya tubuhku naik, aku duduk dipangkuannya sambil beradu lidah, tangannya menggerayang di dadaku, terus turun hingga ke vagina, dua jari masuk tapi cepat ditariknya lagi, mungkin dia merasakan sperma Hari yang masih ada di dalam. Dia merebahkan diri sambil menarik tubuhku dalam pelukannya, kamipun saling bergumul penuh nafsu di atas ranjang, bergulingan dan saling memagut. Putting dan kedua bukitku dikulum dan dilumat dengan gemas, wajahnya ditanam dan dijepitkan diantara kedua payudaraku.

Kugenggam erat dan kukocok kejantanannya, kusapukan ke bibir vaginaku tapi dia menolak dan berdiri menuju traveling bag-nya, rupanya dia mengambil kondom dan diserahkan padaku. Dengan gerakan mulut tanpa kesulitan kukenakan kondom bergerigi dan berassesoris itu ke penisnya. Kini dia tak menolak saat kubimbing memasuki liang kenikmatanku, vaginaku yang sejak sore sudah di-obok obok penis Hari yang jauh lebih besar, kini serasa begitu mudah ditembus.

Piter menelungkupkan tubuhnya di atasku, kami saling berpelukan rapat, bibir kami kembali saling melumat seiring dengan gerakan pantatnya turun naik, penisnya sudah keluar masuk vaginaku makin cepat, kini baru terasa pengaruh gerigi dan assesoris yang begitu nikmat menggesek gesek dinding vaginaku, apalagi ketika mutiara di pangkal kondom mengenai klitorisku, membuatku mulai mendesis nikmat, ternyata tak terpengaruh oleh ukuran penisnya.

Sepertinya dia tahu bagaimana bermain dengan kondomnya, seringkali dia memasukkan dalam dalam lalu menekan kuat kemudian menggoyang goyangkan pantatnya, kontan saja aku mendesah nikmat tak tertahan, tubuhku menggeliat enak saat mutiara mutiara itu bergerak liar menggesek klitorisku, ini pengalaman baru bagiku yang belum pernah kualami.

Desahanku semakin keras, terlupa sudah keberadaan Hari di pojok ruangan sedang menonton permainan kami. Bunyi kecipuk cairan vagina dan sperma Hari jelas terdengar saat Piter mengocokku keras, kupeluk tubuhnya yang sudah mulai berkeringat, desahan kami saling bersahutan. Sepintas kulihat Hari ternyata sudah telanjang, mengamati kami sambil meremas remas penisnya, aku sudah tak pedulikan lagi, toh dia sudah menyerahkanku ke Piter.

Kami beralih ke posisi dogie, dia menyetubuhiku dari belakang, kugeser tubuhku tepat menghadap Hari, tanpa kusadari secara demonstratif ingin kutunjukkan pada Hari beginilah caraku melayani laki laki lain. Ternyata posisi dari belakang tidaklah senikmat dari depan, mungkin karena mutiara mutiara itu tidak bisa mengenai klitorisku, semakin cepat Piter mengocokku, serasa hanya berlarian di dalam vaginaku.

Tanpa permisi, kutarik keluar penisnya, kudorong dia telentang di ranjang, aku mengambil posisi di atas. Pinggulku langsung bergoyang lincah begitu penisnya tertanam ke dalam, dengan posisi ini aku bisa leluasa mencari posisi sudut yang kurasakan paling nikmat, dimana mutiara mutiara itu bisa menggesek dan bergerak liar pada klitoris. Aku benar benar terbuai hingga tersadar ketika kurasakan pelukan dan remasan buah dada dari belakang, ternyata Hari sudah berada dibelakangku.

"Kamu memang membuatku tak tahan dan aku benar benar cemburu" bisiknya sambil menciumi telinga dan tengkukku.
Gerakanku terganggu ciumannya, sesaat aku berhenti, konsentrasiku terpecah antara Piter di bawah dan Hari di atas, apalagi Piter tak mau gerakanku terhenti, kini dia yang mengocokku dari bawah, sungguh aku dibuatnya kewalahan mendapat rangsangan dari dua arah yang berbeda, tubuhkupun menggeliat tak karuan dan meledaklah jeritanku, entah jeritan kenikmatan atau kegelian, yang jelas keduanya sama enaknya.

Beberapa menit kulalui dengan segala "Kerepotan", dikeroyok dua orang sekaligus yang sama sama tidak mau mengalah, masing masing ingin membuktikan dialah yang terbaik, akibatnya aku yang jadi korban ajang pembuktian mereka. Belum pernah kualami keroyokan macam ini, ternyata cukup merepotkan, apalagi ada tuntutan untuk memuaskan mereka berdua, ini pengalaman baru bagiku.

Perlahan aku mulai bisa menyesuaikan dengan kedua rangsangan yang ada, pinggulku mulai bisa bergoyang seraya berciuman dengan Hari. Baru sekarang kurasakan sensasi yang hebat bermain bertiga, biasanya akulah yang mengeroyok laki laki, kini aku dikeroyok laki laki, pengalaman pertama yang tak pernah terlintas dalam fantasiku sekalipun. Bahkan ketika Hari beranjak ke depanku, menyodorkan kejantanannya di saat aku masih di atas Piter, tanpa ragu segera kulumat dan kukulum dengan bibirku, sensasinya sungguh luar biasa mendapat kocokan atas bawah sekaligus, apalagi mutiara itu selalu menggesek klitoris dengan liar tanpa ampun.

Mungkin karena sensasi yang terlalu berlebihan, aku tak bisa menahan lebih lama lagi, dan meledaklah teriakan orgasme tanpa bisa kubendung, segera kukeluarkan penis Hari dari mulutku, takut tergigit tanpa sengaja, berganti dengan kocokan tangan yang cepat. Tubuhku menegang dalam remasan Piter yang justru makin meningkatkan tempo kocokannya di vagina. Hari memaksakan memasukkan penisnya kembali ke mulutku tapi aku menolak, hanya kusapukan ke wajahku. Teriakan orgasme kembali terdengar, kali ini dari Piter, kurasakan denyutan sangat kuat di vaginaku membuat aku ikutan menjerit nikmat dan kuremas makin kuat penis di genggamanku.

Tubuhku langsung lemas dan terkulai dalam dekapan Piter yang langsung menyambutku dengan pelukan, napas kami menyatu dalam pacuan tak berirama, kurasakan penis Piter sudah terlepas dari liangku. Hari yang kutinggalkan sesaat ternyata sudah bergeser diantara kaki kami, aku menoleh protes saat kurasakan penisnya menyapu vaginaku.
"Har, pleass aku istirahat dulu" aku menghiba, tapi dia menyodokkan penisnya sebagai jawabannya.
Gila dia, masak mau menyetubuhiku dari belakang saat aku masih dalam pelukan sahabatnya, pikirku.

Kembali aku terdongak merasakan penisnya yang menerobos masuk mengisi liang basah kenikmatanku, terasa nikmat yang aneh setelah merasakan penis Piter, padahal sejam yang lalu penis itu telah meng-aduk aduk vaginaku tapi kali ini lain rasanya, aku diselimuti sensasi yang erotis, dalam waktu kurang semenit kurasakan 2 penis yang berbeda, biasanya ini kualami dalam kurun sekitar satu jam, tapi ini secara simultan, akupun mendesah dan menggeliat dalam pelukan Piter yang semakin erat mendekapku.

Aku tak menyangka sama sekali bahwa begitu nikmat bercinta keroyokan seperti ini, meskipun membutuhkan stamina yang lebih, pantesan banyak laki laki yang ingin dikeroyok dan diladeni 2 atau lebih cewek sekaligus. Penis Hari makin dalam dan cepat menghunjam di vaginaku, akupun tak mau terhanyut lebih lama dalam irama permainannya, maka kuangkat tubuhku melepaskan diri dari pelukan Piter, posisi tubuhku seperti merangkak, dan akupun bisa mengimbangi irama kocokannya dengan ikutan menggoyangkan pantatku.

Ternyata posisi tubuhku membuat Piter jadi lebih leluasa berkreasi, buah dadaku yang bergoyang goyang indah karena kocokan Hari langsung mendapat kuluman darinya, aku menjerit kaget tak menyangka mendapat rangsangan sekaligus seperti ini, desahanku kembali memenuhi kamar dingin yang sudah membara terbakar nafsu kami. Berulang kali kuluman Piter terlepas saat Hari menyodokku keras, tapi dengan sabar dia meraih dan mengulumnya lagi.

Piter menggeser tubuhnya keluar dari kungkunganku, dia duduk selonjor, penisnya tepat di mukaku, segera kuraih, kulepas kondomnya dan kumasukkan ke mulutku, tak kuhiraukan lagi aroma sperma yang menusuk. Meskipun kocokan Hari cukup keras menghantam vaginaku, tapi dengan ukuran penis Piter yang mini aku masih bisa mempermainkannya dengan mulut dan lidahku, konsentrasiku sudah mulai terbiasa terbagi diantara dua kenikmatan.

Terbersit kebanggaan bisa membuat dua laki laki mengerang kenikmatan dalam waktu bersamaan, gerakanku kepala dan pantatku semakin liar, aku ingin mengendalikan permainan ini meskipun dikeroyok, desahan kami bertiga saling bersautan membentuk simponi nafsu yang indah. Hari memang tipe laki laki penikmat sex, belum ada tanda tanda dia segera mengakhiri, justru Piterlah yang untuk kedua kalinya menggapai orgasme lebih dulu. Kumasukkan semua penisnya saat kulihat tanda tanda orgasme darinya, maka keluarlah sperma yang tidak banyak, mungkin hanya tetesan tetesan sisa yang ada, penisnya berdenyut lemah dalam mulutku, Piter yang tidak menyangka mendapatkan servis seperti itu berteriak kaget, apalagi saat kupermainkan lidahku di penisnya yang sedang berdenyut.

Kocokan Hari tidak berkurang apalagi berhenti, justru dia lalu memintaku telentang, dan kamipun kembali bercinta one on one lebih bergairah meskipun sensasinya tak mengalahkan two in one. Giliran Piter yang menonton kami disampingku, sambil tangannya mengusap dan meremas buah dadaku. Saat kujepit pinggang Hari dengan kedua kakiku hingga penisnya makin dalam
melesak, Piter menuntun tanganku ke penisnya yang lemas lunglai, kuremas remas sambil merasakan kocokan Hari yang makin tidak beraturan. Aku hanya menjaga supaya tidak orgasme terlebih dahulu, kalau ini terjadi maka seluruh ototku langsung lemas dan tidak mampu lagi melanjutkan permainan yang mengasyikkan ini, kuingin mereguk kenikmatan lebih dari mereka berdua, terlalu sayang untuk dilewatkan dengan cepat, meskipun sebenarnya sudah cukup lama berlangsung, tapi sepertinya tak ada kata puas.

Aku harus mengagumi kondisi Piter, meskipun penisnya kecil tapi begitu cepat recovery, tak lama dalam genggamanku dia sudah bisa tegak kembali, siap tempur. Dia turun dari ranjang, mengeluakan kondom yang bentuknya berbeda dengan sebelumnya, ada seperti kepala anjing di ujung dan rambut rambut pada pangkalnya, dari pengalamanku bentuk kondom memang sangat banyak variasinya, sebenarnya kesemua itu hanya untuk memuaskan kaum wanita, rupanya dia sudah mempersiapkan segalanya, tinggal menunggu giliran. Rupanya dia tidak perlu menunggu terlalu lama ketika Hari memberinya kesempatan sebelum dia orgasme, aku
tahu trik dia, pasti sudah mau orgasme makanya buru buru mencabut keluar, aku hanya tersenyum melihat tingkah lakunya.

Penis besar berganti penis kecil berkondom unik mengisi vaginaku, tak kurasakan ke-unikan saat Piter mendorong masuk penisnya, biasa saja, tapi begitu semua penisnya masuk semua barulah kurasakan kepala anjingnya menusuk vagian dalam vagina dan bulu bulunya menggelitik klitoris. Ketika dia mulai mengocok, barulah kurasakan sensasi keunikan yang sesungguhnya
yang membuatku mendesah kelojotan dalam kenikmatan. Hari duduk di tepi ranjang sambil mengusap usap buah dadaku, membuatku semakin terbakar birahi, apalagi saat dia mengulum dan lidahnya menari nari di putingku.

Bersambung . . . .




Komentar

0 Komentar untuk "Lily Panther - Berbagi ceria dimana saja - 3"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald