Tahun baru 2003

0 comments

Temukan kami di Facebook
Untuk mengawali cerita ini, lebih baik aku terlebih dahulu menceritakan deskripsi singkat berkaitan dengan kehidupanku yang sekarang ini. Aku adalah seorang pria berumur 31 tahun dan memiliki istri dengan seorang anak laki-laki yang masih berumur 3 tahun.

Untuk mencukup kehidupan berumah tangga, aku bekerja di salah satu perusahaan BUMN, di tambah lagi, kami membuka kos-kosan untuk putri bagi mahasiswi yang kuliah di salah satu universitas swasta yang terkenal di bagian selatan kotaku maupun karyawati-karyawati.

Kebetulan salah satu anak kosku sebut saja namanya Y, saat ini sedang magang di Hotel S***** karena dia saat ini merupakan mahasiswi tingkat akhir jurusan pariwisata.
Peristiwa itu sendiri sebenarnya terjadi pada saat tahun baru 2003 kemarin. Seperti kebiasaan hari-hari libur sebelumnya, istriku berlibur ke kampung halamannya dengan anakku, tinggallah aku di rumah sendirian dengan para pembantuku, sedangkan anak kos lainnya juga pada pulang kampung untuk liburan. Yang tinggal hanya Y karena dia mendapat tugas di hotel tempatnya magang, walaupun saat ini sedang liburan tahun baru.

Selama menanti pergantian tahun, aku mengisi waktuku dengan menonton vCD di kamar sendirian sambil sesekali tertidur, sedangkan para pembantu sedang menonton TV di ruang keluarga. Menjelang pukul 12.00, aku benar-benar terbangun dari kantukku dan ketika keluar kamar, aku mendapati para pembantuku sudah pergi tidur semua dan lampu di ruang keluarga juga sudah dipadamkan. Seperti kebiasaan, aku menunggu sampai jam 01.00 malam untuk membukakan pagar dan pintu rumah bagi Y, karena ditempatku anak kos tidak diberi keleluasaan untuk membawa kunci rumah.

Ternyata sampai dengan jam 01.00 si Y belum juga datang, maka kembali aku masuk ke kamar dan melanjutkan menonton vCD yang tadi sempat aku matikan. Ketika jam menunjukkan pukul 02.45, aku mendengar suara mobil berhenti tepat di halaman rumahku, dari jendela kamar aku lihat ternyata itu taksi yang membawa si Y pulang. Dan begitu si Y turun dari taksi, dia langsung mengetukkan gembok pada besi pagar sambil memanggil-manggil untuk segera dibukakan pintunya.

Aku meloncat turun dari tempat tidur dan segera aku buka semua pintu, agar si Y bisa segera masuk. Begitu si Y melihat aku, dia kemudian meminta maaf karena pulangnya yang terlalu larut, dan selintas kujawab tidak apa-apa. Dan kamipun masuk ke dalam rumah dan kukunci kembali semua pintu.

Sesampai di dalam rumah, baru aku tahu kalo si Y saat itu telah mabuk berat, hal ini aku ketahui ketika si Y duduk di bawah anak tangga yang menuju ke kamarnya dan ketika kusuruh dia untuk segera naik ke lantai atas menuju kamarnya, ternyata dia sudah tidak bisa mengangkat tubuhnya untuk berdiri.

Tiba-tiba saja aku memberanikan diri untuk menggamit tangannya untuk kemudian aku papah dia menaiki anak tangga. Saat itu aku lingkarkan tanganku di pinggangnya dan si Y pun kemudian melingkarkankan tangannya di leherku, dengan susah payah aku kemudian memapah dia sampai di lantai atas. Pada saat aku memapah dia, kepalanya sempat disandarkan ke bahuku, jantungku terasa berdegup kencang melihat wajahnya yang begitu dekat dengan wajahku. Begitu sampai di atas, ternyata diapun tidak lagi kuat menahan badannya untuk tetap berdiri bahkan dia ambruk tertidur di lantai. Dengan susah payah aku kemudian menemukan kunci kamarnya di dalam tas yang dia bawa, kemudian aku bukakan pintu kamarnya dan kembali memapah badannya memasuki kamar dan kemudian menidurkan dia di atas kasur.

Setelah membetulkan posisi kakinya, aku kemudian berpamitan ke Y kalo aku akan kembali ke kamarku untuk melanjutkan tidurku. Sementara itu matanya mengerjap-ngerjap berusaha melihat sekelilingnya untuk memastikan keberadaannya, tapi nampaknya dia tidak berhasil menghalau mabuknya.

Ketika hendak beranjak meninggalkan kamarnya, si Y sempat berkata dengan terbata-bata berusaha menetralisir kondisinya: "Ja..ngan.. tinggal.. in .. aku, aku.. pingin.. dite..man..in..", sambil tangannya berusaha memegang tanganku agar supaya aku tidak meninggalkan kamarnya.
Tiba-tiba saja dia terisak, aku sempat khawatir jika isakannya ini didengar pembantuku yang tidur di kamar belakang di lantai bawah.
"Gak.. ada .. yang sayang.. sama..aku.." ujarnya di sela-sela isak tangisnya.

Karena khawatir segera saja aku rebahkan tubuhku di sebelahnya sambil kemudian aku memeluk tubuhnya sambil aku usap-usap kepalanya dan berusaha aku tenangkan dia. Muka kami begitu dekat. Sekilas dapat aku cium bau alkohol keluar dari mulutnya bercampur dengan bau minyak wangi yang dia pakaikan di tubuhnya.

Terus saja dia terisak sambil meracau, bercerita dengan tidak sadar tentang dia yang sempat ditinggal bekas kekasihnya sementara menurut dugaanku atas apa yang dia ucapkan itu, bahwa bekas kekasihnya itu telah melakukan hal yang lebih terhadap dirinya, bahkan secara sekilas aku mendengar perihal anaknya yang disebutkan dalam isakannya yang tercampur dengan mabuknya. Secara naluri pikiranku berkecamuk: apakah dia sudah sempat menggugurkan kandungannya, apakah dia sempat hamil dari bekas kekasihnya.

Aku dengarkan dia sambil tetap kupeluk dan kubelai kepalanya supaya dia agak tenang, dan ternyata usahaku berhasil. Dia berusaha untuk tenang dengan mencoba menguasai dirinya sambil mengerjap-ngerjapkan matanya kembali.

Tak terasa saat itu, wajahku begitu dekatnya dengan wajahnya. Sempat terbersit dalam pikiranku untuk mengecup bibirnya sekilas, tapi aku urungkan karena ada ketakutan dalam diriku. Aku takut jika kemudian tiba-tiba dia tersadar dan bagaimana bila kemudian dia mendapati diriku melakukan itu??

Setelah agak tenang aku mencoba melepaskan diriku dari pelukannya, tapi nampaknya hal itu tidak berkenan bagi dia. Begitu dia merasakan bahwa pelukanku mengendur, dia mencoba menggamit kembali badanku dalam pelukannya dan isaknya mulai berkembang lagi.

"Sial" pikirku sambil kembali memeluk dia dan mengusap-usap kepalanya berusaha menenangkan dia.
"Jangan tinggalin aku" ucapnya disela-sela isakannya.
Setelah agak tenang diapun mengendurkan pelukannya dan berusaha untuk duduk di ujung ranjangnya sambil matanya kembali berusaha mengerjap-ngerjap mencoba menegaskan keberadaannya, dan kembali dia gagal karena pengaruh alkohol itu lebih kuat merenggut kesadarannya.
Setelah berhasil mendudukkan dirinya di ujung ranjang, tiba-tiba saja dia melepaskan kancing-kancing bajunya dan melemparkan bajunya di lantai. Aku yang duduk di sebelahnya sempat kaget dengan keadaan ini, untung saja aku masih bisa menguasai diri dan pikiranku.

Dia kembali duduk dengan bagian atas tubuhnya hanya mengenakan BH berwarna ungu dan bagian bawahnya tubuhnya masih menggunakan celana jins lengkap. Setelah agak lama duduk, dia kembali rebahkan tubuhnya di ranjang untuk tidur sambil menggamit tanganku mengikutinya.

Kami kembali berpelukan sambil tidur, sambil tanganku terus-terusan mengusap kepalanya. Wajah kami kembali begitu dekat. Tiba-tiba saja dia semakin mendekatkan wajahnya ke wajahku, dan tanpa dikomando lagi kami sudah saling mengecup dan mencium bibir. Dia gigit pelan mulutku dan kami saling berpagutan seperti tidak dapat dilepaskan lagi.

Sambil tetap berciuman tanganku berusaha membelai-belai tubuhnya, sampai kemudian tanganku membelai buah dadanya yang masih tertutup oleh BH ungunya, dia sempat melenguh sebentar saat buah dadanya tersentuh, tapi kemudian dia semakin menguatkan pagutan bibirnya di bibirku sambil sesekali kami saling memainkan lidah kami.

Buah dadanya tidak begitu besar tapi kulitnya yang putih sudah memabukkan pandanganku seperti alkohol yang telah menguasai dan memabukkan dirinya. Aroma alkohol itu begitu kuat bercampur dengan aroma tubuhnya.

Aku remas kecil buah dadanya, dia kembali melenguh. Kami terus berciuman sambil tangan kami saling membelai tubuh. Saat itu aku sadari bagian bawah tubuhku sudah tegang. Aku merasa penisku sudah keras saat itu.
Dengan tidak sabar aku mencoba meraih kaitan BHnya yang ada di belakang tubuhnya, setelah ketemu aku berusaha melepaskan kaitan itu dengan satu tanganku. Posisi kami waktu itu saling berhadapan sebelah menyebelah, agak sulit untuk membuka kaitan itu tapi kemudian berhasil juga aku melepaskan kaitannya.

Setelah terlepas aku buka BHnya sambil ciuman kami terus berlanjut, selintas aku lirik buah dadanya yang sudah terbuka dari balik ciuman kami. Putih banget kulitnya dengan puting yang berwarna kecoklatan dan kecil.
Segera saja tanganku kembali membelai buah dadanya yang kini sudah terbuka, lembut dan kenyal rasanya di dalam remasan kecilku. Kembali dia melenguh dan terasa tangannya mulai membelai tubuhku semakin ke bawah menuju penisku. Dan diremasnya penisku begitu tangannya sampai. Remasan itu begitu nikmat aku rasakan meskipun saat itu aku masih mengenakan celana pendek dan celana dalam.
Setelah puas berciuman dan saling meraba, kemudian kami saling mengendurkan pelukan kami dan berusaha untuk duduk di tepi ranjang.

Setelah berhasil, aku berusaha membuka kaosku dan melepaskan celana pendek dan celana dalamku sampai aku benar-benar telanjang. Diapun berusaha melepaskan celana jinsnya dan celana dalamnya.

Setelah kami benar-benar bertelanjang bulat kembali dia rebahkan tubuhnya dan aku kembali berada di sebelahnya sambil kemudian aku menciumi buah dadanya. Makin lama makin aku rasakan putingnya yang mengeras dalam kulumanku dan jariku merambah vaginanya yang ditutupi oleh rambut yang lebat. Jariku mengelus dan mencapai bibir vaginanya yang semakin lama semakin basah oleh belaian jariku. Dia melenguh sambil semakin mengangkangkan kakinya.

Puas mengulum buah dada dan putingnya, aku kemudian menjalarkan jilatan lidahku ke arah perutnya dan semakin turun ke bawah berusaha mencapai vaginanya yang telah basah saat itu. Dia semakin melenguh tidak karuan suaranya sebentar-sebentar keras, membuat kekhawatiranku akan pembantuku yang akan terbangun karena suaranya kembali menyapa kesadaranku.

Tapi saat itu aku sudah sama sekali tidak perduli, terlebih lagi saat itu lidahku sudah ada di depan vaginanya yang kemudian aku ciumi dan jilati. Aroma kewanitaannya menggantikan aroma alkohol yang tadi keluar dari mulutnya. Kembali dia tidak dapat menguasai diri karena kegelian yang aku hadirkan pada kewanitaannya. Aku lumat dan jilati sampai kemudian aku rasakan lidahku telah basah oleh lendirnya dan lenguhannya yang kuat seketika mengejangkan seluruh tubuhnya. Mungkin dia sudah keluar pikirku.
Penisku sudah benar-benar tegang walaupun milikku tidak begitu besar tapi karena desakan yang ada di dalam sudah tidak dapat kubendung lagi membuat tubuhku bagian itu semakin sakit saja.

Setelah itu aku bangun dan kemudian aku berjongkok di atas dadanya dengan kakiku mengangkang mewadahi tubuhnya sambil kuarahkan penisku ke depan mulutnya. Dia masih berusaha mengerjap-ngerjapkan matanya saat itu tapi aku sorongkan penisku ke mulutnya dan dia membuka mulutnya untuk kemudian mengulum penisku.

Mulutnya yang basah terasa begitu hangat di ujung penisku, kulumannya membuatku melayang seakan-akan tertahan lagi. Dijilatinya ujung penisku seakan-akan menghantarkan kerinduan yang dalam.

Tangannya kemudian menggenggam batang penisku, dijilati, diciumi sampai kemudian desakan dari dalam itu tidak bisa aku bendung lagi. Aku hampir keluar pikirku. Bagaimana ini.. Belum sempat aku berpikir tiba-tiba akal sehatku kembali bekerja.. dan saat itu aku putuskan bahwa aku tidak berani mengambil resiko untuk menyenggamai Y walaupun saat itu keinginan itu sebagian besar sudah menguasai hasratku.

Terbentur oleh pikiran tersebut, kemudian aku lesakkan hasrat yang tergali dari dalam diriku oleh lumatan, jilatan dan remasan pada batang penisku, seketika itu pula aku tumpahkan pada mulut dan dada Y. Aku tumpahkan semua sampai benar-benar tidak ada lagi sisa, dan kemudian kembali penisku dikulum oleh Y untuk juga dibersihkan dari bekas mani yang telah tertumpah seluruhnya.

Setelah itu kembali aku rebahkan tubuhku yang saat itu sedang kehabisan tenaga di samping tubuh Y sambil kami kembali berpelukan dan saling memagut dalam lumatan mulut satu sama lain.

Tak berapa lama dia terlelap dalam mabuk dan kecapaiannya. Aku berusaha kembali mengenakan pakaianku setelah itu aku berusaha mengenakan kembali pakaiannya, agak susah.. karena dia sudah terlelap segera saja aku ambil daster yang ada di gantungan dan aku berusaha mengenakan ke tubuhnya setelah BH dan celana dalamnya telah berhasil aku sematkan di tubuhnya.

Sekilas kemudian aku mengecup bibirnya juga keningnya, dan kemudian aku tinggalkan dia dalam keadaan terlelap, agar aku dapat kembali rebahkan capaiku dalam kejaman mataku. Ketika menuruni tangga sempat aku lirik jam yang tertambat di dinding.. Hmm pukul 04.15.. gumamku sebentar lagi pembantuku bangun..

Cepat-cepat aku masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhku, sebelum lelap kekhawatiranku bahwa si Y tersadar dengan perbuatan kami menghinggapi di penatku.. Selintas itu pula aku khawatir tapi aku berusaha memasa bodohi pikiranku itu dan lekas saja aku terlelap..
Untungnya ketika aku terbangun dan sempat berpapasan dengan Y yang akan berangkat magang, dia tidak menunjukkan perubahan sikap segera saja aku tarik kesimpulan bahwa alkohol telah berperan besar dalam menguasai kesadarannya ketika itu semua terjadi sebelumnya dan langsung saja hidungku akrab dengan harum wangi tubuhnya seperti kejadian waktu itu.

Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Tahun baru 2003"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald